Jumat, 03 Mei 2013


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dalam mencegah kehamilan secara permanen. Setelah menjalani tindakan vasektomi, ada upaya tindak lanjut yang harus dijalani oleh akseptor yaitu perawatan luka operasi, pencegahan kehamilan dan kunjungan ulang. Tindakan vasektomi mempunyai efek atau keluhan. Efek atau keluhan yang muncul dapat berupa keluhan medis, keluhan psikologis dan terjadinya kehamilan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan upaya tindak lanjut pasca vasektomi dengan timbulnya keluhan pada akseptor vasektomi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden saat vasektomi rata-rata 48,7 tahun dengan renge 21-70 tahun. Namun demikian umur tidak terkait dengan penerimaan vasektomi dan kondisi akseptor post vasektomi. Demikian pula dengan penganut agama Islam. Pendidikan mempunyai kaitan dengan penerimaan terhadap vasektomi demikian juga pekerjaan utama responden ternyata berhubungan dengan kondisi akseptor post vasektomi. Pengetahuan tentang vasektomi umumnya cukup baik (74,46%), dengan sikap yang mendukung terhadap vasektomi telah 7,8 tahun bervsektomi dan umumnya mereka mengetahui vasektomi pertama kali dari aparat desa. Adapun alasan mengikuti vasektomi yang terbanyak karena sudah sadar akan manfaat vasektomi (72,32%) Kondisi kesehatan akseptor setelah vasektomi 87,15% menyatakan tidak terjadi perubahan pada kesehatannya, demikian juga 91,07% akseptor menyatakan tidak ada perubahan hubngan sosial setelah vasektomi. Dari responden yang ada 4 akseptor menyatakan terjadinya kehamilan setelah vasektomi, 2 diantaranya karena operasi belum sempurna, sedang yang lain diduga sudah terjadi konsepsi sebelum vasektomi.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dan jenis-jenis vasektomi
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan vasektomi
3. Untuk mengetahui efek samping dari vasektomi
4. Untuk mengetahui kontra indikasi dari dilakukannya vasektomi

BAB II
PEMBAHASAN


A. Definisi Vasektomi
Adalah tindakan operasi ringan dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu dirawat. Operasi dapat dilakukan di Puskesmas, tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter ahli bedah, pemerintah dan swasta, dan karena tindakan vasektomi murah dan ringan sehingga dapat dilakukan di lapangan.
(Siswosudarmo, 2007).
Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja. Seorang pria yang sudah divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang mengalirkannya sudah dibikin buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh.

B. Jenis-jenis Vasektomi
• Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
• Vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional)
• Vasektomi semi permanen
Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing.

C. Teknik Vasektomi Tanpa Pisau

Langkah 1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
Langkah 2. Rambut di daerah skrotum dicukur sampai bersih.
Langkah 3. Penis diplester ke dinding perut
Langkah 4. Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan iodofor (Betadine) atau larutan klorheksidin (Hibis-crub) 4%.
Langkah 5. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar.
Langkah 6. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anestesi local (Prokain atau Novokain atau Xilokain 1%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk sejajar vas deferens kearah distal, kemudian dideponair lagi masing-masing 3-4 ml, prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.
Langkah 7. Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan difiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan ke bawah sehingga vas deferens mengarah ke bawah kulit.
Langkah 8. Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas deferens, tepat disebelah distal lingkaran klem dengan sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ± 45 derajat.
Langkah 9. Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat.
Langkah 10. Dengan ujung klem diseksi menghadap kebawah, tusukkan salah satu ujung klem diputar menghadap keatas. Ujung klem pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan pindahkan untuk memegang vas deferens yang sudah telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem fiksasi.
Langkah 11. Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan sekitarnya dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan klem diseksi. Kalau lobang telah cukup luas, lalu klem diseksi dimasukkan ke lobang tersebut. Kemudian buka ujung-ujung klem pelan-pelan paralel dengan arah vas deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas deferens yang bebas. Vas deferens di-crush secara lunak dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan benang sutra 3 – 0.
Langkah 12. Di antara dua ligasi kira-kira 1 – 1,5 cm vas deferens dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal sementara tidak dipotong. Kontrol perdarahan dan kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.
Langkah 13. Tarik pelan-pelan pada putung yang distal. Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem diseksi dan tutup lobang fasia dengan mengikat sedemikian rupa sehingga putung bagian epididimis tertutup dan putung distal ada di luar fasia.
Apabila tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan vas deferens dikembalikan dalam skrotum.
Langkah 14. Lakukanlah tindakan di atas (langkah 7 – 13) untuk vas deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah yang sama. Kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak perlu dijahit hanya diaproksimasikan dengan band aid atau tensoplas.

D. Kelebihan dan Kekurangan Vasektomi
1. Kelebihan
• Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
• Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan
• Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat
• vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami (Manuaba, 1998)
• Baik yang dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin punya anak.
• Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi tubulus.
• Laki-laki memiliki kesempatan untuk mengubah kontrasepsi dengan istrinya.
• Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan seksual.
2. Kekurangan
Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu setelah benar-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa sperma.
• Masih merupakan tindakan operasi maka pria masih merasa takut.
• Beberapa laki-laki takut vasektomi akan mempengaruhi kemampuan seks atau menyebabkan masalah ereksi.
• Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut.
• Seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk mengurangi pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari.
• Pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang steril atau tidak, pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi.
• Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV.
• Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu masih di bawah usia 25 tahun, telah terjadi perceraian atau anak yang meninggal.
• Dibutuhkan 1-3 tahun untuk benar-benar menentukan apakah vasektomi dapat bekerja efektif 100 persen atau tidak.
Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mrngontrol kesuburan pria namun masih mungkin di jumpai suatu kegagalan.
Vasektomi dianggap gagal bila:
• Pada analisis sperma setelah 3 bulan pascavasektomi atau setelah 15 – 20 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
• Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma
• Istri ( pasangan ) hamil.

E. Efek Samping Vasektomi
Vasektomi tidak memiliki efek yang bersifat merugikan. Sperma yang diproduksi tubuh pria namun tidak bisa disalurkan karena prows vasektomi tersebut, akan kembali diserap tubuh tanpa menyebabkan gangguan metabolisme. Beberapa orang yang menggunakan vasektomi mengeluh tentang gangguan terhadap gairah seksual mereka, tetapi itu hanya bersifat psikologis bukan gejala fisiologis.
Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang biasanya hanya berlangsung beberapa hari. Pembentukan granuloma relatif jarang dan merupakan keluhan yang nantinya hilang sendiri
Efek sampingnya Vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus. Vasektomi juga tidak ada pengaruhnya terhadap kemampuan pria untuk melakukan hub.badan malah beberapa kasus disebutkan potensi pria lebih baik karena pengaruh dari psikologis terhindar dari kecemasan terjadinya kehamilan dari istri.
Vasektomi hampir tidak ada efek sampingnya . Kalaupun ada, hal tersebut lopun ada itu disebabkan karena dari lingkungan luar bukan dari vasektomi itu sendiri . oleh karena itu, seseorang untuk memutuskan divasektomi harus ada persiapan baik itu fisik maupun mental dan tentunya konsultasi karena yg dipotong/diikat adalah saluran yg mengeluarkan sel sperma bukan cairan semennya . Wkt pembedahan juga singkat hanya sekitar 1 - 2 jam , setelah pembedahan akan terasa sedikit membengkak sekitar 3-5 hari

F. Kontra Indikasi Vasektomi
Sebenarnya tidak ada kontra indikasi vasektomi, hanya apabila ada kelainan lokal yang dapat mengganggu). Diantara adalah :
o Peradangan dalam rongga panggul
o Peradangan liang senggama akut (vaginatis-servisitis akut)
o Obesitas berlebihan
o Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit paru lain.
Beberapa hal yanga dapat menimbulkan kontra indikasi dan cara penanganannya:
o Perdarahan
Apabila perdarahan sedikit, cukup dengan pengamatan saja. Bila banyak, hendaknya dirujuk segera ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Di sini akan dilkukan operasi kembali dengan anestesi umum, membuka luka, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan kemudian mencari sumber perdarahan serta menjepit dan mengikatnya. Setiap keluhan pembengkakan isi skrotum pascavasektomi hendaknya dicurigai sebagai perdarahan dan dilakukan pemeriksaan yang seksama. Bekuan darah di dalam skrotum yang tidak dikeluarkan akan mengundang kuman-kuman dan menimbulkan infeksi.
o Hematoma
Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, misal naik sepeda, duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya.
o Infeksi
Infeksi pada kulit skrotum cukup dengan mengobati menurut prinsip pengobatan luka kulit. Apabila basah, dengan kompres (dengan zat yang tidak merangsang). Apabila kering dengan salep antibiotika. Apabila terjadi infiltrat di dalam kulit skrotum di tempat vasektomi sebaiknya segera dirujuk ke rumah sakit. Di sini pasien akan diistirahatkan dengan berbaring, kompres es pemberian antibiotika, dan analgetika.
o Granuloma sperma
Dapat terjadi pada ujung proksimal vas atau rpidemilis. Gejalanya merupakan benjolan kenyal dengan kadang – kadang keluhan nyeri. Granuloma sperma dapat terjadi 1 – 2 minggu setelah vasektomi. Pada keadaan ini dilakukan eksisi granuloma dan mengikat kembali vas deferens. Terjadi pada 0.1 – 30 % kasus.
o Antibody sperma
Separuh sampai dua per tiga akseptor vasektomi akan membentuk antibodi terhadap sperma. Sampai kini tidak pernah terbukti adanya penyulit yangt disebabkan adanya antibodi tersebut

G. Prosedur Tindakan Vasektomi
• 1 atau 2 insisi pada skrotum
• 99% prosedur vasektomi dilakukan dengan anestesia lokal
• Jenis oklusi yang umum dipakai:
- Ligasi
- Kauterisasi
- Gabungan (kombinasi)
Oklusi vasa deferensia membuat sperma tidak dapat mencapai vesikula seminalis sehingga tidak ada di dalam cairan ejakulat saat terjadi emisi ke dalam vagina
1. Syarat Vasektomi
• Sukarela, artinya klien telah mengerti dan memahami segala akibat prosedur vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas keinginan sendiri, dengan mengisi dan menandatangani informed concent (persetujuan tindakan)
• Bahagia, artinya klien terikat dalam perkawinan yang syah dan telah mempunyai jumlah anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil minimal 2 tahun
• Sehat, melalui pemeriksaan oleh dokter klien dianggap sehat dan memenuhi persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi
2. Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi
• Infeksi kulit pada daerah operasi
• Infeksi sistemikyang sangat mengganggu klien
• Hidrokel atau varikokel yang besar
• Hernia inguinalis
• Filariasis
• Undesensus testikularis
• Massa intrakrotalis
• Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia
3. Teknik Vasektomi
Prinsipnya bagaimana menjadikan pipa saluran spermatozoa atau sel benih vasa deferens pria agar betul-betul dibuat buntu. Kita tahu saluran sel benih yang sebesar kabel telepon berada di dalam kantong buah zakar (scrotum), Pipa ini menjadi penghubung yang mengalirkan sel benih yang diproduksi oleh buah zakar menuju kelenjar prostat yang berada d atasnya, di luar kantong zakar. Di dalam prostat, sel benih lalu direndam oleh media berupa getah yang diproduksi oleh prostat. Selain itu disiram pula oleh cairan seminal, sehingga volumenya menjadi lebih banyak. Campuran ketiganya itu menjadi apa yang kita kenal sebagai air mani atau sperma.
Jadi, sebagian besar air mani yang keluar itu sesungguhnya lebih banyak berisi getah prostat dan cairan seminal (sekitar 95 persen), dan hanya sebagian kecil saja berisi sel benih (sekitar 5 persen). Taruhlah sekali ejakulasi rata-rata mengeluarkan 5 cc air mani, volume sel benihnya mungkin hanya sekitar 0,15cc saja. Jadi, setelah seorang pria divasektomi, volume air mani yang sekitar 0,15 cc itu saja yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena pipa yang mengalirkannva sudah dibikin buntu. Kendati yang sedikit ini besar maknanya dalam hal kesuburan, hampir tak ada artinya dalam urusan ejakulasi dan pernik seks lainnya.
Teknik konvensional vasektomi yang lazim dilakukan dengan cara memotong pipa saluran sel benih, kemudian mengikat kedua ujung potongannya. Karena pipa alit ini ada pada kedua belah sisi buah zakar, pemotongan dilakukan pada kedua belah sisi. Caranya, dengan membius lokal dengan suntikan pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah meraba lokasi pipa sel benihnya. Pada bagian ini lalu dibelek beberapa sentimeter untuk menemukan sang pipa. Pipa lalu ditarik keluar dan dipotong. kemudian masing-masing ujung pipanya diikat, lalu dimasukkan kembali ke dalam kantong zakar. Bekas luka belekan dijahit, dan selesai sudah. Prosesnya kira-kira 20 menit untuk kedua sisi buah zakar.
Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi) pada pipa sel benih. Tidak perlu membelek terlebih dulu (no scalpel vasectomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus kulit kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada, dan setelah pipanya ketemu, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama-sama bikin buntu pipa penyalur sel benih. Sekarang dikenal pula teknik dengan menggunakan klip (Vasclip). Dengan klip khusus sebesar butir beras, pipa sel benih dijepit. Ini sudah dipakai di AS sejak tahun 2002, dan disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku di kalangan AS saja.

H. Peramatan dan Pemeriksaan Pascabedah Vasektomi
Setiap pascatindak pembadahan batapapun kecilnya memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Pada pascatindak bedah vasektomi dianjurkan dilakukan hal – hal sebagai berikut :
• Dpersilahkan berbaringt selama 15 menit
• Amati rasa nyeri dan pendarahan pada luka
• Pasien dapat dipulangkan bila keadaan pasien dan luka operasi baik
Sebelum pulang berikan nasehat sebagai berikut :
• Perawatan luka, diusahakan gar tetap kering dan jangan sampai basah sebelum sembuh, karena dapat mengakibatkan infeksi. Pakailah celana dalam yang bersih.
• Segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi pendarahan, badan panas, nyeri yang hebat, pusing, muntah batau sesak nafas.
• Memakan obat yang diberikan yaitu antibiotika profilaktik dan analgetika seperlunya.
• Jangan bekerja berat/naik sepeda.
• Setelah divasektomi tetap diperbolehkan. Bahkan dianjurka untuk melakukan hubungan seksual dengan istri, namun harus diingat bahwa di dlam saluran mani ( pipa – pipa ) Vas deferens masih terdapat sisa – sisa sperma ( bibit ), sehingga selma masih ada sisa sperma, sebaiknya suami dan istri tetap menggunakan alat pencegahan kehamilan.
Untuk itu kepada suami diberikan 15 kondom, guna menghindari kehamilan. Petugas akan memberi contoh cara pemakaiannya. Setelah air mani keluar 15 kali atau setelah jang waktu 3 bulan, maka suami diminta memeriksakan air maninya dengan maksud meyakinkan bahwa air mani tersebut tidak mengandung bibit-bibit ( spermatozoa ) lagi.
Untuk keperluan, suami diminta menyediakan air mani di dalalm botol bersih atau air mani yang ada di dalam kondom dan memeriksakannya di laboratorium
Bila sudah ada pernyataan dai laboratorium bahwa air mani suami tidak mengandung bibit lagi, barulah ia boleh bersenggama tanpa alat pencegah apapun labih baik bila ia memeriksakan air mani untuk kedua kalinya.


BAB III
PENUTUP


Vasektomi dilakukan dengan cara pemotongan Vas Deferens sehingga saluran transportasi sperma terhambat dan proses penyatuan dengan ovum tidak bekerja. Seorang pria yang sudah divasektomi, volume air maninya sekitar 0,15 cc yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena scrotum yang mengalirkannya sudah dibikin buntu. Sperma yang sudah dibentuk tidak akan dikeluarkan oleh tubuh, tetapi diserap & dihancurkan oleh tubuh.
Jenis-jenis Vasektomi, yaitu vasektomi tanpa pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy) , vasektomi dengan insisi skrotum (tradisional), vasektomi semi permanen. Kelebihan dari vasektomi, yaitu teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan, biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat. Kekurangannya ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari setelah operasi, rasa sakit ini biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan lembut, seringkali harus melakukan dengan kompres es selama 4 jam untuk mengurangi pembengkakan, perdarahan dan rasa tidak nyaman dan harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2 hari, pasien diminta untuk memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui yang steril atau tidak, pemeriksaan mikroskopis biasanya dilakukan 20-30 kali setelah ejakulasi, dan vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular seksual termasuk HIV.
Vasektomi merupakan salah satu pilihan alat kontrasepsi untuk pria yang aman dan tentunya diperuntukan untuk pria yang tidak ingin punya anak. Prosedur yang dilakukan untuk vasektomi pun sangat aman karena ini adalah operasi kecil.



DAFTAR PUSTAKA


L.M, Lowdermilk, D.L. Jensen, I.D. 1995. Maternity Nursing. Edisi 4. Mosby.

Team Pelatihan Teknologi Kontrasepsi Terkini (Contraceptive Technology Update – CTU). 2003. Jakarta.

Wahid, Dian Ibnu. 2008. Vasektomi (membikin anak tanpa harus menghasilkan anak). Dian Pustaka: Jogjakarta.

PKMI. 1987. Sistem Pelayanan Konseling Kontrasepsi Mantap. Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI). Jakarta.

Astagina. 2008. Vasektomi (Kontrasepsi Pria). UFUK Press: Jakarta.

Saifudin, Abdul B. 2003. Judul Buku PanduanPraktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Pustaka: Jakarta.



http://www.kesmas-unsoed.info/2010/12/makalah-vasektomi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar